Selasa, 22 Juni 2010

Tenangkan dirimu

Manusia adalah makhluk dinamis, dimana setiap detik ada beribu bahkan jutaan pikiran terlintas dalam kepala seseorang, dan dalam beberapa menit, ada banyak berakan yang dihasilkan. ini manandakan bahwa manusia, dengan akal, hati dan fisiknya, membuat dirinya menjadi makhluk yang sempurna, (ahsanu taqwim. kemampuan manusia dalam menghasilkan pikiran dan gerakan yang banyak dalam hitungan detik membuat dirinya menjadi makhluk yang aktif. keaktifan seseorang seringkali berbenturan dan berlawanan dengan keaktifan orang lain, sehingga timbullah gesekan dan masalah. banyaknya masalah, benturan dan gesekan menandakan bahwa orang tersebut aktif, baik secara fisik maupun pikiran. bagi yang mendapatkan masalah, bersyukurlah bahwa anda termasuk orang yang aktif, dan orang yang aktif akan menghasilkan tindakan-tindakan yang banyak, jikalau seandainya tindakan-tindakan yang dia lakukan adalah bagian dari ibadaha, maka betapa bnyak pahala yang dia akan dapatkan. tetapi semua orang mampu menyelesaikan masalah yang ada pada dirinya, dan solusi terbaik dalam menyelesaikannya adalah berusaha tenang....

Selasa, 20 April 2010

Yakinlah bahwa ia tercipta untukmu….. Jangan pernah berharap akan mendapatkan istri seagung khadijah jikalau dirimu tidak sesempurna Rasulullah, untuk

Yakinlah bahwa ia tercipta untukmu…..
Jangan pernah berharap akan mendapatkan istri seagung khadijah jikalau dirimu tidak sesempurna Rasulullah, untuk apa mengharapkan istri seteguh ‘Aisah, setabah Fatimah, secantik Zulaikha jikalau dirimu tidak sekuat nabi Musa, tidak setampan nabi Yusuf, dan tidak sepandai ‘Ali. Dan janganlah kau dambakan suami sesempurna Rasulullah jikalau engkau tidak seagung Khadijah, dan jangan pula kau dambakan suami yang sempurna tanpa cela, jikalau dirimu masih menyimpan cela dan kekurangan…

Terimalah kenyataan bahwa istri yang kau nikahi tidaklah seindah yang kau impikan
Istrimu bukanlah seindah Khadijah, seteguh Aisyah, setabah Fatimah, dan secantik Zuleikha
Justru istrimu adalah istri akhir zaman yang akan melahirkan anak yang shaleh dari rahimnya..

Pernikahan akan menginsyafkan kita akan perlunya iman dan taqwa untuk belajar meniti sabar karena meniti sabar karena memiliki suami yang tak sehebat yang diinginkan,
Jusrtu kau akan tersentak bahwa suamimu bukanlah searif Abu Bakar, suamimu hanyalah suami akhir zaman yang membawamu menuju surga yang abadi…

Terimalah pasanganmu dengan segala kekurangan dan kelebihannya, jangan pernah kau banding-bandingkan dengan suami dan istri orang lain, kelebihanmu hanya akan dinilai oleh Allah manakala engkau mampu membuat pasanganmu menjadi istimewa di mata-Nya, begitupun sebaliknya, kekuranganmu terletak pada sejauhmana engkau mampu membuatnya lebih dekat-Nya…

Bahtera rumah tangga bagaikan kapal yang berlayar di tengah lautan nan luas, dimana ombak dan badai adalah kenyataan yang harus diterima dan dihadapi, hanya keteguhan, kekuatan dan ketabahan penghuninyalah yang mampu membuat bahteranya terus melaju,dimana syarat kejayaannya adalah manakala penghuninya bahu-membahu untuk tidak membiarkan setetes airpun masuk, dan tetap memastikan untuk tidak ada lubang sekecil apapun yang muncul….

Selamat mengarungi bahtera rumah tangga, semoga melahirkan generasi-generasi rabbani-qurani……

Sabtu, 13 Februari 2010

Karakteristik Pemimpin dalam Islam

Karakteristik Pemimpin dalam Islam
Abu Bakar pernah menjelaskan dasar-dasar kepimpinan dalam Islam apabila beliau dibai’at menjadi pengganti Rasulullah SAW. Beliu menjelaskan dasar kepemimpinan sebagai berikut;
Pertama; Dasar yang digunakan dalam menilai rakyat. Abu Bakar menegaskan kepada sekelian rakyatnya bahawa beliau menilai mereka berdasarkan ketaatan kepada Allah, bukan pangkat, keturunan, harta keturunan, ras, etnik dan sebagainya. Baginya, rakyat terbaik ialah yang paling tinggi takwanya. Jelas sekali beliau menghayati prinsip al-Quran yang menegaskan; “Sesungguhnya semulia-mulia kamu di sisi Allah ialah orang yang paling tinggi taqwanya di antara kamu” (Surah al-Hujurat, ayat 13). Berdasarkan prinsip ini, para ulamak menegaskan; “jabatan apapun dalam pemerintahan Islam, baik itu berkaitan dengan kehakiman, kementerian, pegawai-pegawai biasa dan lain sebagainya tidak harus diserahkan kepada sembarang orang melainkan yang memenuhi syarat-syarat berikut:
1. Mempunyai keimanan dan ketakwaan.
2. Mempunyai kelayakan ilmu berkaitan jawatan yang hendak diisi.
3. Ia tidak melobi untuk mendapatkannya, kerana Nabi s.a.w. bersabda; “Sesungguhnya kami demi Allah tidak akan menyerahkan kerja ini kepada seseorang yang memintanya atau bercita-cita ke atasnya”.
Kedua; Dasar keadilan dan kesaksamaan untuk rakyat. Saidina Abu Bakar meletakkan satu prinsip yang tegas berhubung keadilan dan kesaksamaan di antara rakyatnya. Beliau seolah-olah memberi peringatan; “jangan ada sesiapa pun di kalangan rakyatnya yang coba menindas orang lain kerana beliau pasti akan menggunakan kuasanya –sebagai pemimpin- untuk membela orang tertindas itu. Dirinya diletakkan sebagai pengimbang antara rakyatnya yang kaya dan yang miskin, antara yang menindas dan yang ditindas. Rakyat yang dizalimi akan dibela sehingga ia menjadi kuat di tengah masyarakat dengan pengaruh khalifah. Sementara yang menzalimi pula akan dikekang dan diancam sehingga pengaruhnya menjadi lemah kerana ditenggelamkan oleh kuasa khalifah.
Ketiga; Dasar pemimpin berperlembagaan, yang tertakluk dengan undang-undang Syar’i. Di dalam ucapannya tadi, Saidina Abu Bakar menegaskan; “Aku adalah pengikut (ajaran Nabi s.a.w.), bukan pembid’ah (yakni yang mereka-reka ajaran baru)”. Saidina Abu Bakar ingin memberitahu rakyatnya bahawa; walaupun berada di kedudukan paling atas dalam Negara, beliau tetap terikat dengan undang-undang Syari’at yang ditinggalkan Nabi Muhammad s.a.w.. Sebagai pemimpin Islam, beliau menyadari bahawa tanggungjawab beliau ialah meneruskan kesinambungan politik Islam yang dipelopori oleh Nabi Muhammad s.a.w., bukan membawa ajaran politik baru yang berlawanan dengan sunnah baginda. Karena itu, beliau meminta rakyatnya agar mengawasinya. Beliau berpesan kepada mereka; “Jika aku berbuat baik, bantulah aku dan jika aku tersesat, betulkanlah aku”.
Dari uraian singkat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa dasar-dasar kepemimpinan dalam Islam tidak keluar dari apa yang telah diwasiatkan oleh Nabi Muhammad SAW. Beliau telah meletakkan pondasi yang kokoh dan telah pula diamalkan oleh para khalifah setelah beliau. Apabila pemimpin kita menghayati dengan baik titah perjuangan seorang pemimpin, maka bukan sesuatu yang mustahil Bangsa kita menjadi Bangsa yang disegani, dihormati dan disayangi. Dan kedamaian rakyatnya pun bisa dijamin melintasi sekat-sekat agama, ras, suku dan etnis. Semoga…

Lautan Hikmah

LAUTAN HIKMAH
Suatu ketika, saya bejalan-jalan di sekeliling kota Kuala Lumpur, Malaysia sehabis pulang bersilaturrahim dengan salah satu wali santri yang anaknya kebetulan belajar di Pondok Modern Gontor. Di saat saya sedang asyik ngobrol dengan teman di atas motor, tanpa sadar, dengan repleksnya, teman saya berkata kepada saya tatkala melihat seorang wanita yang sangat gemuk, “wah, ini orang gendut sekali ya Hael, gila tu orang, makan apa aja dia…” saya tau maksud ucapan dia, pastilah sedikit banyak ada unsur mencela si wanita gemuk tersebut. Saat itu juga saya langsung menimpali ucapannya “astaghfirullah, akhi, jaga hati, jaga lisan dan jaga pikiran. Jangan pernah terdetik sekali pun dalam hati untuk mencela siapapun dan bagaimanapun keadaan seseorang. Siapa yang bisa menjamin kita akan pulang dengan selamat ke rumah. Tidak menutup kemungkinan dan bukan sesuatu yang mustahil dalam perjalanan ini kita mengalami kecelakaan, dan orang yang pertama kali menolong kita, mengantar kita ke rumah sakit, mengabari orang-orang terdekat kita tentang keadaan kita adalah orang yang akhi cela barusan, sungguh itu tidak mustahil terjadi”…”astaghfirullah..” teman saya langsung beristighfar. “anta benar, sangat benar sekali, astaghfirullah”. Itulah kita,terkadang kita begitu sulit untuk menahan lisan untuk mencela, pikiran untuk berfikir negative, hati untuk merasa iri-dengki barang semenit sekalipun…