Sabtu, 17 Januari 2009

Karakteristik Pemimpin Baik

Karakteristik Seorang Pemimpin
By Helly Sardi S.Fil.I

Usai sudah masa hidup H. M. Soeharto di dunia ini, dan hari itu, Senin, 28 Januari 2008 adalah hari di mana ia akan memulai mempertanggung jawabkan segala amal dan perbuatannya semasa hidup di dunia dan selama ia berkuasa kurang lebih 32 tahun. lepas sudah segala kemegahan, atribut, embel-embel ataupun pangkat yang selama ini melekat pada dirinya. ratusan, ribuan bahkan jutaan pasang mata menyaksikan prosesi pemakamannya di sebuah kompleks yang khusus dibangun untuk keluarganya. sebuah tempat yang mungkin tidak pernah bagi orang awam untuk berkhayal jikalau suatu sa'at ajalnya menjemput untuk dimakamkan di tempat seperti itu. yah, memang hanya orang berduit saja yang bisa menikmati tempat semacam itu. sejenak kita bertanya, untuk apa kita harus membangun tempat semacam itu, karena toh daging dan tulang kita hanya akan menjadi santapan cacing-cacing tanah saja? adakah gengsi yang bermain di sana? entahlah, hanya sang pemiliknyalah yang bisa menjawab hal tersebut.
Jutaan orang menyampaikan salam perpisahan terakhir kepadanya, dan jutaan orang juga mendoakan agar beliau diberikan tempat yang layak baginya di sisi-Nya. dan itu mereka lakukan untuk mengenang jasa-jasa beliau terhadap segenap penghuni Negeri ini. perjuangan yang menyisakan sejuta kenangan untuk segenap masyarakat negeri tercinta ini. terlepas apakah kenangan yang manis atau pahit. tidak sedikit orang merasakan nikmatnya hidup di Negara ini semasa beliau memimpin, di samping tidak sedikit juga orang yang merasakan getirnya kehidupan ini. anak-anak kecil sampai orang dewasa bahkan tua renta semua tumpah ruah ke jalan menunggu lewatnya mobil ambulan yang membawa jenazah orang yang mereka anggap pahlawan. apalagi beliau memang dilahirkan di daerah tersebut, sehingga wajar jikalau mereka (penduduk sekitar) begitu antusias untuk menyampaikan salam perpisahan terakhir kepadanya. seolah mereka memiliki hubungan kekeluargaan yang sangat erat sehingga rela berdesak-desakkan antara satu dengan yang lainnya. dan, sekali lagi, hal itu mereka lakukan tidak lain adalah untuk mengenang jasa-jasa baik yang pernah ia lakukan untuk mereka, walaupun mungkin orang lain masih sangsi dengan bentuk kebaikan tersebut.
Terlepas dari semua di atas dan disamping mereka yang mengelu-elukan pak Harto, tentu tidak sedikit mereka yang melontarkan sumpah serapah kepadanya, tentu hal tersebut tidak lain dikarenakan oleh perasaan yang tidak puas dengan apa yang telah diperbuat oleh Pak Harto selama ia memimpin negeri ini kurang lebih selama 32 tahun, masa yang tentunya tidak sebentar. mungkin ia adalah salah satu pemimpin terlama yang berkuasa dalam sebuah Negara di dunia ini. dan yang paling banyak merasa kecewa tentunya tidak dapat dipungkiri adalah orang Islam. karena sungguh sangat ironis sekali kaum mayoritas harus tunduk dengan kaum minoritas di Negara yang ternyata dipimpin oleh seorang yang ber-KTP Islam. Negara yang dalam perjuangannya begitu banyak merenggut nyawa pejuang-pejuang Islam. dan Negara yang dihuni oleh penduduk Muslim terbesar di dunia. sehingga wajar jikalau mereka mengharapkan system kehidupan yang lebih baik, yang sesuai dengan identitas mereka.
Seperti yang diajarkan oleh agama kita, mengungkit-ungkit kesalahan orang yang telah meninggal bukanlah bentuk dari etika yang baik. karena memang manusia tidak akan pernah lepas dari aib dan celaan. dan tidak ada Bani Adam yang bebas dari dosa dan kesalahan. cukuplah kesalahan yang diperbuat oleh seseorang diserahkan ke pada sang Kholiq. karena hubungan antara manusia dengan sesamanya akan berhenti tatkala sang Pencipta memanggilnya untuk menghadap-Nya dan mempertanggung jawabkan segala perbuatannya selama ia di dunia. begitu juga dengan tulisan ini, tidak ada maksud untuk membuka kembali "dosa-dosa" yang pernah dilakukan oleh mediang Jendral Besar H M. Suharto selama ia berkuasa di negeri tercinta ini. seperti juga penulis tidak akan berbicara tentang jasa-jasa yang dibuat olehnya.
Konsekuensi dari mengaku diri sebagai seorang muslim mu'min adalah menyerahkan diri sepenuhnya kepada sang Pencipta dan mengikuti segala apa yang telah ditetapkan-Nya serta percaya sepenuhnya dan dengan segenap jiwa dan raga secara total dengan keyakinan bahwasanya hanya dengan mengikuti ajaran-Nya lah diri ini akan selamat dunia akhirat. berangkat dari itu semua, maka pada akhirnya segala yang bukan dari-Nya adalah tertolak dan tidak layak diikuti, apalagi sudah jelas hal tersebut akan menjerumuskan diri ke dalam kesesatan; kesesatan beriman, kesesatan befikir dan kesesatan bertindak. Islam telah sempurna sebagai agama dan peradaban, sehingga segala macam bentuk permasalahan yang dihadapi oleh segenap anak Adam bisa diselesaikan. dari sekian banyak permasalahan yang kita hadapi, masalah pemimpin dan kepemimpinan adalah satu dari sekian banyak aspek kehidupan manusia yang telah berulang kali dijawab oleh Islam secara komprehenship. dalam arti lain, Islam telah hadir membahas tentang pemimpin dan kepemimpinan semenjak ia lahir. keberadaan pemimpin dalam suatu kelompok adalah hal yang mesti harus ada. Rasulullah saw sendiri mengatakan "jikalau kamu berpergian bertiga maka angkatlah satu diantara kamu sebagai pemimpin". bertiga saja wajib untuk memiliki pemimpin apalagi berkelompok, bermasyarakat dan bernegara. karena hanya dengan pemimpinlah keadaan suatu kelompok akan menjadi baik dan teratur. walaupun permasalahan pemimpin dan kepemimpinan selalu menguras energi setiap ummat sepanjang sejarah ummat manusia itu sendiri. karena hal tersebut sangat erat dengan politik yang berkonotasi kekuasaan. dan kekuasaan adalah salah satu yang paling banyak dicari oleh setiap manusia. meskipun proses mencari kekuasaan itu selalu menggiring pelakunya ke dalam kehinaan karena tidak lagi mengindahkan prosesnya yang lazim seperti yang diajarkan dalam Islam, ditambah lagi masuknya doktrin barat ke dalam cara pandang umat Islam tentang politik dan kepemimpinan. demokrasi ala barat sangat begitu digandrungi oleh setiap Negara Islam seolah ia memang lahir dari Islam itu sendiri.
Berbicara tentang politik tentu tidak akan pernah lepas dengan kekuasaan, seperti yang dikatakan oleh Prof Dr. Musa Asy'arie bahwasanya prinsip etika politik selalu bersinggungan dengan mengatur, mengarahkan dan memaksakan masalah-masalah kebijakan serta keputusan public. untuk melakukan hal itu semua tentu dibutuhkan yang namanya kekuasaan. maka kesalahan dalam politik erat hubungannya dengan krisis kekuasaan yang terpatri di dalam tiga hal; kesalahan diri pribadi seorang pemimpin, kesalahan dalam kebijakan dan keputusan-keputusan yang diambilnya dan kesalahan dalam menjalankan kebijakan tersebut (lih. P. Leenhouwers, Manusia dalam lingkungannya, terj. K. J. Veegar M.A, Jakarta 1988, hlm. 182-183).
Lebih jauh lagi, kesalahan-kesalahan di atas tidak akan pernah terjadi jikalau sistem pemilihan kepemimpinan tidak salah. dalam arti lain, kesalahan dalam memilih pemimpin adalah sumber dari segala macam terjadinya kesalahan. maka dari itu, pemimpin dan kepemimpinan adalah harga mati untuk diperjuangkan secara benar, karena salah dalam memelih pemimpin sama dengan menjual dan mempertaruhkan agama. lantas bagaimanakah seharusnya karakteristik dari seorang pemimpin itu?
Kata khalifah dalam bahasa arab berarti pengganti atau wakil, yaitu wakil Allah di bumi, sebagai seorang wakil tentunya harus menjalankan apa yang telah diberikan oleh yang memberinya dan itu adalah amanat untuknya. dan dalam Islam amanat itu diberikan oleh Allah sebagai pemilik seluruh alam semesta ini. dalam al-Quran Allah swt berfirman: Sesungguhnya Aku menjadikan khalifah di muka bumi" dan yang Allah jadikan khalifah di bumi ini adalah manusia itu sendiri. sehingga konsekuensinya adalah pemimpin tersebut harus tunduk dengan peraturan dan hukum-hukum yang telah dibuat oleh Allah, sehingga jikalau pemimpin tersebut melenceng dari koridor sebenarnya maka ia sudah tidak lagi dapat dipercaya. sebagai seorang pemimpin juga harus bertanggung jawab dengan segala apa yang dipimpinnya, jiwa, raga bahkan hartanya pun harus ia pertaruhkan. pemimpin memang tidak harus miskin, karena Rasulullah saw sendiripun lebih menyukai mu'min yang kuat ketimbang mu'min yang lemah. bahkan pemimpin-pemimpin dalam Islam dahulu pun adalah para saudagar yang kaya, dan Rasulullah sendiripun adalah saudagar yang sangat kaya di jazirah arab. begitu juga dengan khalifah Umar bin Abdul Aziz yang merupakan anak dan keponakan seorang khalifah pada dinasti ummaiyyah yang kaya raya. tetapi perlu kita ketahui bahwasanya mereka kaya bukan sesudah diangkat menjadi pemimpin, tetapi sebaliknya. kekayaan mereka memang sudah ada semenjak mereka belum menjadi pemimpin. adapun setelah mereka menjadi pemimpin, kekayaan pribadi bukanlah prioritas, dalam arti lain memperkaya diri bukanlah tujuan mereka ketika diangkat menjadi pemimpin. itulah bentuk pengorbanan mereka baik secara jiwa, raga bahkan harta sekalipun mereka korbankan untuk kesejahteraan ummat. hal yang sangat kontras dengan apa yang kita lihat di Negara ini. memang tidak ada yang salah dengan kaya, tetapi jikalau tujuan menjadi pemimpin adalah hanya untuk memperkaya diri dan keluarganya sedangkan rakyatnya dibiarkan melarat jelas hal tersebut tidak mengindikasikan sebagai pemimpin yang berkarakter baik. kekayaan adalah suatu keharusan bagi setiap muslim, tetapi tidak dengan cara menzholimi dan menindas yang lain. kecakapan bathiniyah dan lahiriyah adalah kemestian untuk setiap pemimpin, tanpa keduanya seorang pemimpin hanya akan menjadi celaan dan umpatan baginya, baik ketika hidup ataupun setelah ia meninggal.
Seperti yang penulis katakan di atas bahwasanya menjadi seorang pemimpin haruslah mengikuti apa yang telah digariskan oleh Allah swt, sehingga membawa kebaikan untuk segenap yang ia pimpin. dan untuk menemukan apa yang telah digariskan oleh-Nya haruslah dengan ilmu, tanpa ilmu hal itu hanya akan membawa manusia ke jurang kesesatan yang lebih dalam. dan ilmu adalah ukuran keta'atan seseorang terhadap-Nya. karena bertambahnya iman seseorang berjalan seiring dengan bertambahnya ilmu. atau dalam kata lain kualitas keimanan seseorang seharusnya ditantukan oleh kualitas keilmuannya. dan jadikanlah yang beriman dan yang paling tinggi serta luas ilmunya di antara kamu sebagai pemimpinmu, wallahu'alam…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar